Selasa, 03 April 2012

IBU

Pagi itu pukul 03.00 aku melihat beliau bergegas bangun dari tempat tidurnya, lalu ia mencuci mukanya dan berangkat ke pasar. Aku tau persis kegiatan beliau sehari-hari di rumah, setelah pulang dari pasar pukul 04.30, ibu bergegas mengambil air wudhu untuk mengerjakan sholat subuh. kemudian setelah sholat subuh selesai ia membereskan dagangannya yang ia beli dari pasar, dengan rasa kantuk dan lelah yang tampak dari raut wajahnya, aku tersipuh malu melihat kegigihan ibuku yang tanpa rasa lelah ia tetap semangat berjuang demi menafkahi anak-anaknya. Aku yang waktu itu berumur 16thn belum bisa berbuat apa-apa dan belum bisa memberikan kebahagiaan buat mereka orangtuaku.
Suatu hari sepulang sekolah aku melihat ibuku terbaring lemas di tempat tidur yang lusuh itu, akupun bertanya kepada beliau,"ibu kenapa? beliaupun menjawab,"ibu tidak apa-apa nak".
dalam hati kecilku berkata "padahal ibu lagi sakit tapi dia masih bilang tidak apa-apa", berbeda denganku yang jika sakit pasti manja dan harus di turutin kemauannya.
aku berjalan ke kamar dan berbaring di tempat tidur sambil menangis merasa malu, karena sampai aku beranjak dewasa seperti sekarang aku belum bisa memberikan apa-apa kepada ibuku. Aku terus menangis hingga tertidur karena lelah ku.

Ketika aku terbangun, aku melihat ibuku sedang mencuci baju dengan rasa lelah dan keadaan dia yang lagi sakit ia menggosok dan meremas baju-bajuku yang kotor dan lusuh itu.
Aku merasa bahwa aku bukanlah anak yang berbakti pada orangtua saat itu, karena semua pekerjaan rumah di kerjakan oleh ibuku tanpa aku membantunya. Akupun merasa bersalah, malu dengan apa yang selalu aku perbuat, merasa bersalah dengan ucapan kasar yang selalu aku lontarkan kepada beliau ketika aku marah. Namun ibu selalu tersenyum manis dan tidak mau melihat anaknya susah, ia selalu memberikan kasih sayangya kepadaku.
Sore itu, aku duduk di teras rumah dengan ibu dan bercerita bahwa aku ingin kuliah. Aku berkata kepada ibu "bu, aku ingin kuliah", ibu menjawab "ibu tidak ada biaya buat kuliah kamu, tapi mudah-mudahan Allah memberi rizki buat kamu kuliah ya" jawab ibu sambil tersenyum.
Aku bingung, bimbang karena aku fikir aku hanyalah seorang anak miskin yang boro-boro bisa kuliah, sekolah sampai SMA saja sudah syukur alhamdulillah. Rasa putus asa melandaku hinggga aku malas belajar.
Tapi ibuku selalu berkata dan memberi semangat kepadaku "kamu belajar aja yang benar, Allah nggak tidur Allah maha tau kesungguhan hambanya, kalau kamu bersungguh-sungguh pasti ada jalan", kata ibuku.
Setiap kali aku bangun malam, aku selalu melihat ibuku sholat malam dan seketika itu aku melihat ibuku
berdo'a hingga meneteskan airmatanya.

Beliau mendo'akanku supaya aku bisa kuliah. "Subkhanallah, maha besar pengorbanan dan ketulusan ibu, dia yang mengandung aku selama 9bulan, mengajari ku jalan, bicara, mendidik aku, mencari nafkah buatku tanpa rasa lelah sampai aku beranjak remaja seperti sekarang, hingga ibu terbangun dari tidurnya pun ia memohon dan berdoa untuk kebahagiaan anaknya hingga meneteskan air mata", ujarku dalam hati.
Pagi itu aku serasa mendapatkan semangat baru, aku pun bergegas untuk berangkat sekolah.
Begitu bersemangat aku untuk menggapai mimpiku, demi ibu dan keluargaku.
Singkat cerita, benar kata ibuku jika kita ada kemauan dan berusaha pasti ada jalan, akupun di terima di UPI lewat jalur PMDK.
Akupun bergegas pulang sambil memegang selembar kertas yang isinya aku diterima di UPI.
Setiba dirumah aku langsung memberitau kepada ibu bahwa aku diterima di UPI, ibu tersenyum bangga melihatku, tapi raut wajah ibuku masih terlihat seperti ada masalah, ketika aku bertanya kepada ibu,"bu kenapa? apa ibu tidak senang aku diterima di UPI?" ibu menjawab "ibu senang dan bangga kamu diterima di UPI nak, tapi sampai sekarang ibu belum punya biaya buat kuliah kamu" ujar ibuku sambil menangis.
Tapi sekali lagi bahwa Allah maha adil dan Allah tidak tidur. Yah, ialah nenek ku yang Allah kirim untuk membantuku hingga aku bisa kuliah, berkat bantuan biaya dari nenekku aku akhirnya bisa kuliah di UPI.

Ibuku menangis terharu melihatku bisa kuliah, karena dari teman laki-laki yang ada di kampungku hanya aku yang bisa kuliah. Dan sekarang aku sudah semester2 dan sebentar lagi semester3, aku akan memberikan yang terbaik buat kedua orang tuaku terutama ibuku yang selalu memberikan motivasi kepadaku untuk terus berani bermimpi dan meraih cita-cita. Aku akan berikan setitik kebahagiaan kepada ibu dengan aku bisa menjadi sarjana nanti. Karena sebesar apapun yang aku kasih untukmu takan pernah bisa membalas kebaikanmu kepadaku. maafkanlah anakmu yang selalu membangkang ini, tapi ketahuilah aku sangat menyayangimu ibu.
ketahuilah Ibu, air matamu yang kau teteskan, keringatmu yang kau cucurkan, kasih sayangmu yang kau berikan, takan pernah terbalas oleh sebesar apapun kebahagiaan yang anakmu kasih untukmu.

anakmu yang slalu menyayangimu
(feri yanto)



semoga cerita ini bisa bermanfaat buat teman-teman yang membacanya  ^_^